Selasa, 16 Mei 2023
DIKLAT PENYUSUNAN JURNAL BBGP JAWA TENGAH TAHUN 2023
Sabtu, 25 Februari 2023
CONTOH MEMBUAT LAPORAN KARYA INOVATIF UNTUK PKB TAHUNAN PNS
Minggu, 21 Agustus 2022
BIMTEK PAUD INKLUSI 2022
Minggu, 24 Juli 2022
ORIENTASI PESERTA PPG DALJAB KATEGORI I DI LINGKUNGAN LPTK UNS
PENGIMBASAN DAN PENYEGARAN GURU PAMONG PPG DI LINGKUNGAN LPTK UNS
Sabtu, 27 November 2021
MEDIA SI PAGAR AIR IKUT RAMAIKAN "GERAK PENA P4TK IPA KEMDIKBUD 2021"
GERAK PENA ( Gelar Karya Pendidik Sains Indonesia ) merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh P4TK IPA KEMDIKBUDRISTEK sebagai wujud apresiasi bagi Guru SD, SMP, dan SMA yang mengajar dalam bidang IPA. Kegiatan ini di gelar bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2021 yang digelar di HOTEL GRAND ASRILIA Kota Bandung selama 3 hari yaitu dimulai tanggal 24 - 26 November 2021 dengan menghadirkan 120 guru se-nusantara khususnya para guru IPA dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Kegiatan ini diselenggarakan secara HIBRID LEARNING dimana kegiatan dilaksanakan secara langsung dengan sistem daring - luring. Kegiatan GERAK PENA menghadirkan 120 karya terbaik guru IPA se-nusantara yang telah melalui proses seleksi. Para peserta mengirimkan hasil praktik baiknya dan kemudian dipresentasikan secara diskusi pararel, tidak hanya itu hasil karya guru IPA peserta terpilih juga dipajang secara terbuka sehingga dapat dinikmati secara umum oleh peserta lain dengan sistem display galeri .
Rabu, 28 Juli 2021
Mengenal Model Pembelajaran Self Regulated Learning
Kurikulum
2013 merupakan sebuat perangkat pembelajaran yang memiliki karakteristik
berbasis tematik yaitu kurikulum yang memuat seperangkat kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang dihubungkan berdasarkan tema. Tema – tema pada
pembelajaran kurikulum 2013 masih dijabarkan lagi berdasarkan beberapa sub tema
sehingga menuntut guru lebih kreatif dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran, khususnya pengembangan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar yang
inovatif akan menarik minat belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif. Pembelajaran
yang kondusif dipengaruhi beberapa faktor salah satunya sintaks pembelajaran
yang diaplikasikan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran.
Paradigma Pendidikan masa sekarang telah bergeser dari pembelajaran
berpusat pada guru (teacher center)
menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik (students center).Pembelajaran berpusat pada peserta didik membelajarkan
peserta didik untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar.
Guru sebagai fasilitator dalam belajar sebagai motor penggerak peserta didik
dalam mengeksplorasi segala potensinya baik potensi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Potensi peserta didik akan tereksplorasi apabila guru dalam
mengimplementasikan sintaks pembelajaran lebih tepat guna sesuai kurikulum yang
diamanahkan.
Kehadiran
buku siswa yang selama ini ada belum mencukupi sepenuhnya akan kebutuhan siswa dan
kebutuhan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Maka dari itu diperlukan
bahan ajar yang memuat sintaks lebih spesifik dalam proses pembelajaran.
Menurut Sistiana Windyariani, dkk (2016) bahan ajar harus memiliki kriteria
layak, berkesesuaian, dengan kurikulum, menarik minat siswa, menumbuhkan
motivasi, dan menstimulasi akivitas siswa, menyajikan gambar, komunikatif,
logis, dan sistematis, kontekstual. Pengembangan bahan ajar dengan sintaks
lebih khusus akan memudahkan guru dalam mengimplementasikan materi pembelajaran
kepada peserta didik. Pengembangan bahan ajar yang baik harus berpusat pada
peserta didik sehingga dengan demikian akan memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk bereksplorasi yang pada akhirnya akan membangun keterampilan berpikir
kritis (critical thinking skill).
Self Regulated Learning (SRL)
merupakan salah satu model pembelajaran sesuai dengan paradigma masa sekarang,
karena Self Regulated Learning
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Self Regulated Learning (SRL)
memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk mengelola secara efektif
pembelajarannya sendiri sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Peserta
didik mengatur pembelajaran sendiri, maksudnya peserta didik menerapkan
strategi belajar yang tepat untuk dirinya hingga memahami konsep – konsep yang
dijelaskan oleh guru sebagai fasilitator belajar yang pada akhirnya peserta
didik mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya tersebut untuk memecahkan
masalah.
Pembelajaran
Self Regulated Learning (SRL) yang
membelajarkan peserta didik untuk mengatur cara belajar secara mandiri,
mengeksplorasi potensi diri, akan menumbuhkan pula keterampilan peserta didik
dalam berpikir kritis karena dengan terbiasa belajar mandiri untuk memecahkan
masalah akan membangun rasa ingin tahu sehingga menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis ( critical thinking skill
).
Pembelajaran
Self Regulated Learning (SRL) sangat tepat diterapkan pada kondisi saat Pandemi
seperti sekarang ini, karena mengingat aktivitas belajar siswa di sekolah untuk
saat ini beralih pada kegiatan BDR (Belajar Dari Rumah), dimana kondisi siswa
di rumah yang beragam memberikan catatan bagi guru harus lebih longgar
memberikan kesempatan dalam belajar. Dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) peserta didik dapat belajar kapan saja, di mana saja,
dan dengan siapa saja. Guru tidak harus menjadi satu satunya sumber belajar, namun
guru sebagai fasilitator serta katalisator dalam belajar. Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan termasuk
ketersediaan fasilitas guna memberi kemudahan dalam kegiatan belajar bagi
peserta didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas
yang kurang kondusif dan mendukung menyebabkan minat belajar peserta didik menjadi rendah. Guru berperan sebagai katalisator, yaitu menjadi pemantik yang memotivasi dan menginspirasi
untuk menggali dan mengoptimalkan potensi siswa sehingga menjadi suatu pencerahan bagi mereka, yang pada akhirnya mampu
membuka wawasannya.
Rabu, 30 Juni 2021
WORKSHOP KETERAMPILAN MENULIS KREATIF BERMUATAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI PADA GURU SEKOLAH DASAR
Senin, 28 Juni 2021
CONTOH ESAY SUCCES TAHAP 1 SELEKSI PENGAJAR PRAKTIK
Senin, 31 Mei 2021
MEDIA TAKTIK BUTARNA ANTARKAN SEBAGAI FINALIS LOMBA INOVASI PEMBELAJARAN DAN TEMBUS JURNAL INTERNASIONAL
Media Tak Tik Butarna merupakan media inovasi pembelajaran hasil kreativitas guru kelas tematik, dimana media Tak Tik Butarna merupakan akronim dari media otak atik bangun datar warna. Media Tak Tik Butarna dalam implementasinya dapat digunakan di semua tema yang ada di kelas 1. Unsur – Unsur yang di otak atik dalam materi ini adalah muatan pelajaran yang ada pada setiap tema, baik muatan pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, serta SBDP. Kesimpulannya media Tak Tik Butarna dapat diimplementasi di semua tema yang ada di kelas tematik.
Kamis, 26 November 2020
PELATIHAN DARING PENGEMBANGAN ARTIKEL JURNAL TEKNODIK TAHUN 2020
Minggu, 27 September 2020
MEDIA SI EGUAPI BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN PADA SISWA KELAS 1 SD
“Peningkatan Keterampilan
Mengkomunikasikan dan Hasil Belajar Melalui Penggunaan Media Si Eguapi Berbasis STEM Tema
Peristwa Alam Kelas I SD Negeri
Laweyan Kota Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019”
Anik Twiningsih, M.Pd
anik.twin@gmail.com
SD
Negeri Laweyan No.54 Kota Surakarta, anik.twin@gmail.com
Penelitian tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
keterampilan mengkomunikasikan dan hasil belajar siswa dengan penggunaan media alat peraga Si Eguapi berbasis
STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics) pada tema peristiwa alam pembelajaran Tematik Kelas I. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri Laweyan Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2018/2019 sebanyak 25 siswa, terdiri dari 8 siswa laki – laki dan 17 siswa perempuan. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas dengan pola : perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi,
revisi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode diskusi, observasi, tes,
catatan lapangan dan dokumentasi. Dari hasil tindakan didapatkan bahwa hasil belajar
dan kemampuan keterampilan
mengkomunikasikan siswa mengalami peningkatan hasil belajar yaitu siklus I (79,60%)
dan siklus II (88,44%), kemampuan keterampilan mengkomunikasikan siswa yaitu
siklus 1 (81,48%) dan siklus II (89,67%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah melalui penggunaan
media pembelajaran alat peraga Si
Eguapi (Simulasi Erupsi Gunung Api) Berbasis STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics) pada tema peristiwa alam
Kelas I dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mengkomunikasikan dan
hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Laweyan Kota SurakartaTahun Pelajaran 2018/2019.
Kata Kunci : Media Si Eguapi, STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics)
Rabu, 09 September 2020
Nabung Karya, Antarkan Menjadi Nominasi Peserta Lomba
Sudah menjadi agenda tahunan Kemdikbud menghelat berbagai kegiatan perlombaan demi memacu kreasi dan inovasi setiap insan pendidikan Indonesia. Salah satu agenda tahunan itu Lomba Foto dan Artikel Jurnalistik KEMDIKBUD 2020. Alhamdulilah pada tahun ini ada kesempatan bisa mengikuti agenda tahunan bergengsi ini, dan pada akhirnya terpilih sebagai nominasi peserta. Terimakasih kami ucapkan kepada semua yang telah memberikan motivasi kepada kami, Terimakasih kami ucapkan pula kepada Majalah Inspirasi Pendidikan yang telah memberi wahana kepada kami sebagai media publikasi karya kami, yang mengantarkan karya kami sebagai nominasi peserta Lomba Foto dan Artikel Jurnalistik KEMDIKBUD 2020.
Berikut artikel terpilih :
MEMBERDAYAKAN ETNOMATEMATIKA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK
Anik Twiningsih, S.Pd.SD
SDN Laweyan No.54 Kota Surakarta
Inovasi
pembelajaran untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik
adalah hal yang sangat penting bagi seorang guru. Pembelajaran matematika yang
selama ini dinilai peserta didik adalah salah satu muatan pelajaran yang sulit
akan lebih mudah dipelajari dan menarik minat belajar apabila disajikan lebih
unik, Salah satunya melalui pendekatan berbasis etnomatematika. Etnomatematika adalah suatu ilmu yang
digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah budaya. Keberadaan bentuk
matematika dalam budaya lokal saat ini sering diabaikan karena sering dianggap tidak memiliki kontribusi dalam kehidupan
modern. Sebaliknya, etnomatematika
berkontribusi dalam pengembangan identitas individu serta pengembangan
kurikulum sekolah. Etnomatematika menekankan pada faktor sosial budaya dalam proses
belajar mengajar dan mengembangkan matematika serta melihat matematika sebagai
praktik dan produk budaya. Hasil studi etnomatematika
dapat digunakan dalam pembelajaran matematika karena etnomatematika terkait dengan budaya peserta didik dan kehidupan
nyata sehingga mereka merasa terhubung dengan konteks yang dipelajari. Selain
itu, memungkinkan peserta didik untuk mencapai
pengetahuan yang diperlukan.
Etnomatematika memunculkan kearifan budaya sehingga mampu
memotivasi peserta didik dalam pembelajaran
matematika. Dalam pembelajaran matematika, terdapat beberapa kemampuan yang mempengaruhi
prestasi belajar peserta
didik. Diantara kemampuan matematika tersebut adalah
kemampuan literasi matematika (E. Fajriyah,
2018). Pembelajaran etnomatematika bertujuan menerapkan pengalaman budaya dan praktik
peserta didik, komunitas, dan masyarakat secara individu untuk
menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna. Lebih penting lagi, etnomatematika memungkinkan peserta didik untuk memahami bahwa pengetahuan matematika
tertanam dalam budaya sosial mereka. Guru
perlu mengetahui etnomatematika
sebagai inovasi pembelajaran matematika alternatif karena guru memainkan peran
penting dalam mengembangkan inovasi pada konten dan praktik matematika di
sekolah.
Pembelajaran etnomatematika
dalam pelaksanaannya dapat di integrasikan dengan pembelajaran tematik di
kelas. Dalam setiap pembelajaran tematik guru bisa menerapkan model
pembelajaran berbasis etnomatematika dengan menghubungkan budaya lokal setempat
yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Tentu saja pembelajaran tematik
yang diintegrasikan bersama etnomatematika seyogyanya disesuaikan dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Dengan demikian
pembelajaran tematik akan lebih bermakna karena selain guru dapat mencapai
tujuan pembelajaran sesuai kriteria ketuntasan minimal dilain sisi memupuk
peserta didik untuk membentuk karakter serta lebih mengenal budaya lokal yang
bisa punah apabila tidak dipelajari.
Pembelajaran
etnomatematika selain dapat meningkatkan hasil belajar juga dapat mengembangkan
pendidikan karakter yang berbasis kearifan budaya lokal. Peserta didik akan
lebih mengenal kekayaan budaya daerah. Kebudayaan daerah perlu digali dan
dikembangkan melalui pembelajaran yang menarik, salah satunya melalui
pendekatan etnomatematika. Keberhasilan pembelajaran tematik dengan menerapkan
pendekatan etnomatematika juga dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika
peserta didik, sehingga peserta didik selain belajar tentang budaya juga
belajar tentang matematika. Intergrasi antara literasi budaya dan literasi
matematika akan memberikan dampak positif pada hasil belajar, tidak hanya pada
hasil belajar pengetahuan, namun dapat meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mempresentasikan hasil pembelajaran yang telah diperoleh melalui project
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dan pada akhirnya peserta didik akan
lebih terampil dalam berpikir baik berpikir secara kritis maupun kreatif.
Kesimpulannya etnomatematika memberikan dampak positif terhadap pembelajaran
tematik karena selain dapat meningkatkan literasi budaya peserta didik juga
dapat meningkatkan literasi matematika peserta didik.
Rabu, 01 Juli 2020
WEBINAR "PENGAWAS KEPALA SEKOLAH, GURU SD, PEMERHATI
Secara historis, KKG terbentuk sebagai hasil dari kesadaran pentingnya mening - katkan profesionalitas guru melalui kegiatan seminar atau pelatihan yang mengandalkan partisipasi para guru di tingkat gugus. Untuk itu dibentuk KKG yang terdiri dari para guru di tingkat gugus yang berasal dari 1 SD inti dan 4 sampai 7 SD imbas. KKG yang merupakan wadah pembinaan profesional bagi guru sekolah dasar mempunyai tujuan dalam kegiatannya. Depdiknas (2008:4) menyebutkan tujuan KKG sebagai berikut: 1) memperluas wawasan dan pengetahuan guru; 2) memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 3) memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 4) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta kelompok kerja atau musyawarah kerja; 5) memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah; 6) mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja (meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme di tingkat KKG; 7) meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik, dan 8) meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di tingkat KKG. Konsekuensi dari jabatan Guru sebagai profesi diperlukan suatu sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru secara terprogram dan berkelanjutan.
Berdasarkan Permenegpan dan Reformasi Birokrasi No 16 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Unsur PKB salah satunya adalah pengembangan diri dengan melaksanakan kegiatan kolektif guru. Kegiatan Kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan (Kemendikbud, 2013:15). Salah satu wadah kegiatan untuk meningkatkan keprofesian guru tersebut adalah Kelompok Kerja Guru (KKB). Guru yang sudah terlatih dalam salah satu mata pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika dan mata pelajaran lain) menjadi Pemandu Mata Pelajaran dalam gugus sekolah. Ketua KKG (guru atau kepala sekolah) dipilih oleh para anggota KKG. Program kerja dan jadwal pertemuan KKG ditentukan oleh para guru dan kepala sekolah. Fungsi KKG antara lain: tempat penularan hasil penataran, menemukan dan memecahkan masalah kegiatan belajar mengajar, menghasilkan produk tertentu seperti Rencana jangka menengah dan jangka panjang, Satpel, lembar kerja, alat peraga, penilaian, dan sebagainya (Soedijarto dkk, 2010:21). Kegiatan KKG perlu dikelola dengan baik agar dapat berjalan dengan efektif. Pengelolaan KKG mengacu pada manajemen pendidikan. Penelitian ini menggunakan model manajemen KKG (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan melakukan pengendalian). Guru dan kepala sekolah juga terlibat dalam ke-giatan monitoring yang bertujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Tugas guru adalah memonitor kemajuan prestasi peserta didik sebagai umpan balik dalam merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
UNDUH DI SINI👇
MATERI DAN LAPORAN WEBINAR
DOKUMEN LIVE STREAMING