AKTUALISASI PANCASILA DI ERA
KEBIASAAN BARU
Anik
Twiningsih, M.Pd
Email :
anik.twin@gmail.com
SD Negeri
Laweyan No.54 Kota Surakarta
Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia sarat dengan pesan moral yang terkristalisasi sila –
sila Pancasila. Pesan moral yang terkandung dalam sila – sila Pancasila
memberikan penguatan pendidikan karakter dan nilai – nilai luhur budaya nenek
moyang bangsa Indonesia yang wajib dilestarikan oleh kita sebagai tunas
Pancasila. Penguatan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam ruh dan jiwa
Pancasila harus tetap lestari. Keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai
tripusat pendidikan memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan nilai
– nilai Pancasila. Keluarga sebagai pendidikan utama dan pertama sangat
menentukan pembentukan karakter anak. Maka dari itu, sebelum anak memasuki
lingkungan sekolah formal, nilai – nilai Pancasila seyogyanya diberikan oleh
keluarga. Penanaman dan pembentukan karakter (character building) nilai
– nilai Pancasila melalui peran keluarga, dapat dibangun melalui pembiasaan –
pembiasaan baru yang dapat dikoordinasikan dengan sekolah sebagai satuan
pendidikan formal, agar terjadi praktik baik serta adanya sinkronisasi keluarga
dan sekolah. Dengan adanya sinkronisasi keluarga dan sekolah dalam implementasi
kristalisasi nilai – nilai Pancasila, akan membentuk karakter rasa cinta tanah
air (nasionalisme) sebagai insan Indonesia yang ber-Pancasila.
Pandemi Covid-19 tidak
dipungkiri telah mengguncang dunia, tidak terkecuali pada dunia pendidikan. Paradigma
pendidikan tersentak berbenah diri merapat agar tidak tenggelam akibat
dasyatnya gelombang badai Pandemi Covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ),
Belajar Dari Rumah (BDR), Blended Learning, E-Learning, merupakan
sebagian deret barisan dari program pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menghalang badai Pandemi agar roda pendidikan
tetap berputar. Pandemi memberikan dampak kepada semua pemangku kepentingan (stakeholder)
termasuk guru dan orangtua. Pandemi mengubah lazimnya strategi pembelajaran di
sekolah secara langsung menjadi strategi pembelajaran di sekolah secara tidak
langsung. Akibat Pandemi, pembelajaran di sekolah secara langsung harus berbalik
arah mengaplikasikan strategi pembelajaran tidak langsung melalui model
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selalu sigap dengan prahara pendidikan
akibat Pandemi. Berbagai kebijakan telah diluncurkan untuk menunjang
keberlangsungan roda pendidikan agar tetap berputar dengan baik, sesuai visi
Indonesia yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Kemdikbud telah menggulirkan
aturan baru melalui Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
Dua poin penting isi dari Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 bahwa kegiatan
belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna serta difokuskan pada pendidikan
kecakapan hidup (life skill).
Menurut Ausubel, belajar bermakna
merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan antara pengetahuan
yang sudah dimiliki siswa dengan materi-materi yang disampaikan guru, guru
menysun materi sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat benar-benar
bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran ini peserta didik dapat
menggunakan lebih banyak indranya tidak hanya mendengar atau melihat saja
namun siswa juga melakukan. Belajar bermakna merupakan
pendekatan pengelolaan sistem pembelajaran melalui metode belajar aktif menuju
belajar mandiri. Pengalaman belajar hasil pembelajaran bermakna oleh guru
sangat ditentukan oleh bagaimana guru mengemas rencana pembelajaran itu serta lingkungan
belajar siswa. Pendidikan karakter sebagai salah satu produk pembelajaran
bermakna, kristal – kristalnya sangat bertalian erat dengan ruh dan jiwa
Pancasila, mengingat didalam sila – sila Pancasila sarat akan nilai – nilai
penguatan pendidikan karakter, diantaranya nilai religius, nilai kemandirian,
nilai nasionalisme, nilai gotong royong, dan nilai integritas. Hal ini sesuai Peraturan
Presiden (Pepres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK). “PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam
pendidikan karakter terutama meliputi nilai – nilai religius, jujur, toleran,
disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratrif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab,” bunyi Pasal 3
Prepres Nomor 87 Tahun 2017, sehingga semakin jelas adanya garis benang merah
keterkaitan antara penguatan pendidikan karakter dengan Pancasila.BDR ( Belajar Dari Rumah ) merupakan salah satu kebijakan
pemerintah melalui Kemdikbud yang telah dilaksanakan selama masa Pandemi,
Begitu juga model Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ). Pembelajaran Jarak Jauh (
PJJ ) untuk saat ini merupakan rekomendasi pemerintah dalam masa Pandemi. PJJ
dapat dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan baik secara daring ataupun
luring. SeeSaw Class merupakan salah satu aplikasi / platform yang dapat
dimanfaatkan guru sebagai sarana menjembatani Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ).
Melalui aktivitas belajar berbasis dalam jaringan Seesaw Class, guru dapat
mengaktualisasi kegiatan - kegiatan Belajar Dari Rumah ( BDR ), tidak
terkecuali aktualiasasi nilai - nilai Pancasila. Aktualisasi nilai - nilai
Pancasila melalui strategi PJJ berbasis daring memang memerlukan gotong royong
orangtua bersama guru agar program BDR menjadi sebuah praktik baik. Sehingga
pada akhirnya pembangunan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga akan
berdampak positif juga pada penanaman nilai - nilai Pancasila berbasis
pendidikan keluarga.
Penguatan pendidikan karakter sebagai salah satu produk
kristalisasi nilai - nilai Pancasila perlu dikoordinasikan secara baik bersama
guru dan keluarga. Penguatan pendidikan karakter dapat dibangun melalui
kegiatan pembiasaan di lingkungan keluarga. Berangkat dari hal - hal kecil
seperti ketaatan beribadah di rumah, saling menyayangi, menjaga sopan santun
terhadap orangtua, suka berbagi, musyawarah keluarga, dan sebagainya. Namun hal
- hal kecil tersebut memerlukan stimulus dari guru untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas kegiatan agar menghasilkan produk praktik baik. Produk praktik
baik itu adalah terciptanya tunas - tunas Pancasila yang senantiasa berjiwa
Pancasila, dan pada akhirnya dapat mewujudkan Indonesia Maju, Sumber Daya
Manusia Unggul.
BDR dan Penguatan Pendidikan Karakter merupakan dua sisi mata
uang yang tak terpisahkan, karena penguatan pendidikan karakter lebih dominan
dibangun dari hasil didikan keluarga di lingkungan rumah. Karakter setiap anak
sangat ditentukan pola asuh keluarga. Pola asuh keluarga menentukan karakter anak
maka dari itu penanaman nilai - nilai pancasila melalui pelibatan keluarga
sangat ditentukan pula pada pola asuh keluarga terhadap anak. Keluarga yang
telah membudayakan nilai - nilai Pancasila akan tercermin pada bagaimana
karakter anak tersebut. Anak - anak yang sudah dibiasakan dengan tatanan hidup
ber - Pancasila akan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Dengan memiliki
jiwa nasionalisme yang tinggi akan menumbuhkan rasa patriotisme. Sifat
patriotisme adalah sikap pantang menyerah, serta semangat berjuang. Dalam Era
masa kini semangat berjuang sangat penting dan perlu dibangun. Dengan sikap
semangat berjuang akan melahirkan pola pikir yang terbuka, kritis, kreatif,
mengutamakan kerjasama, dan komunikasi ( musyawarah ). Pola pikir yang terbuka,
kritis, kreatif, mengutamakan kerjasama, dan komunikasi merupakan unsur - unsur
keterampilan Abad 21. Dengan demikian, Penguatan pendidikan karakter melalui
aktualisasi nilai - nilai Pancasila akan melahirkan keterampilan - keterampilan
pada anak yaitu keterampilan Abad 21, dimana keterampilan Abad 21 ikut
mengambil peran penting dalam mencetak Pelajar Pancasila.
Enam profil dari Pelajar Pancasila, yaitu:
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak mulia, Kebhinekaan Global,
Gotong royong, Kemandirian, bernalar Kritis dan Berfikir Kreatif. Profil
Pelajar Pancasila inilah yang akan mampu menyiapkan generasi muda Indonesia
menghadapi berbagai tantangan global. Pelajar Pancasila berorientasi mencetak
tunas – tunas Pancasila melalui integrasi pembelajaran di sekolah. Guru harus
mampu mengkombinasikan kristal – kristal Pancasila melalui kegiatan
pembelajaran secara inklusif. Pembelajaran inklusif disini merupakan
pembelajaran yang diimplementasi secara menyeluruh, adanya saling berkaitan,
saling bertalian setiap substansi pembelajaran. Menyeluruh kepada sasarannya,
nilai – nilai Pancasila diberikan kepada semua peserta didik tanpa memandang
perbedaan. Menyeluruh ke semua jenjang, nilai – nilai Pancasila
diimplementasikan kepada semua jenjang pendidikan.
Harapannya, aktualisasi nilai – nilai Pancasila
pada era pembiasaan baru ini agar terjaga kelestarian kristal – kristal
Pancasila sebagai warisan nenek moyang kita. Sebagai hasil perjuangan para
pahlawan kita. Sebagai nilai – nilai luhur yang mencerminkan ciri khas bangsa
Indonesia. Yang pada akhirnya berdapat positif pada semua aspek kehidupan
bangsa, baik nantinya berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat serta
bangsa.
#AktualisasiNilaiNilaiPanacasila
#SinkronisasiKeluargaDanSekolah
0 comments:
Posting Komentar