Kamis, 08 Oktober 2020

AKTUALISASI PANCASILA DI ERA KEBIASAAN BARU

 


AKTUALISASI PANCASILA DI ERA KEBIASAAN BARU

 

Anik Twiningsih, M.Pd

Email : anik.twin@gmail.com

SD Negeri Laweyan No.54 Kota Surakarta

 

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sarat dengan pesan moral yang terkristalisasi sila – sila Pancasila. Pesan moral yang terkandung dalam sila – sila Pancasila memberikan penguatan pendidikan karakter dan nilai – nilai luhur budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang wajib dilestarikan oleh kita sebagai tunas Pancasila. Penguatan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam ruh dan jiwa Pancasila harus tetap lestari. Keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai tripusat pendidikan memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan nilai – nilai Pancasila. Keluarga sebagai pendidikan utama dan pertama sangat menentukan pembentukan karakter anak. Maka dari itu, sebelum anak memasuki lingkungan sekolah formal, nilai – nilai Pancasila seyogyanya diberikan oleh keluarga. Penanaman dan pembentukan karakter (character building) nilai – nilai Pancasila melalui peran keluarga, dapat dibangun melalui pembiasaan – pembiasaan baru yang dapat dikoordinasikan dengan sekolah sebagai satuan pendidikan formal, agar terjadi praktik baik serta adanya sinkronisasi keluarga dan sekolah. Dengan adanya sinkronisasi keluarga dan sekolah dalam implementasi kristalisasi nilai – nilai Pancasila, akan membentuk karakter rasa cinta tanah air (nasionalisme) sebagai insan Indonesia yang ber-Pancasila.

Pandemi Covid-19 tidak dipungkiri telah mengguncang dunia, tidak terkecuali pada dunia pendidikan. Paradigma pendidikan tersentak berbenah diri merapat agar tidak tenggelam akibat dasyatnya gelombang badai Pandemi Covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Belajar Dari Rumah (BDR), Blended Learning, E-Learning, merupakan sebagian deret barisan dari program pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menghalang badai Pandemi agar roda pendidikan tetap berputar. Pandemi memberikan dampak kepada semua pemangku kepentingan (stakeholder) termasuk guru dan orangtua. Pandemi mengubah lazimnya strategi pembelajaran di sekolah secara langsung menjadi strategi pembelajaran di sekolah secara tidak langsung. Akibat Pandemi, pembelajaran di sekolah secara langsung harus berbalik arah mengaplikasikan strategi pembelajaran tidak langsung melalui model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selalu sigap dengan prahara pendidikan akibat Pandemi. Berbagai kebijakan telah diluncurkan untuk menunjang keberlangsungan roda pendidikan agar tetap berputar dengan baik, sesuai visi Indonesia yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Kemdikbud telah menggulirkan aturan baru melalui Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Dua poin penting isi dari Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 bahwa kegiatan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna serta difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup (life skill).

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dengan materi-materi yang disampaikan guru, guru menysun materi sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat benar-benar bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran ini peserta didik dapat menggunakan lebih banyak indranya tidak hanya mendengar atau melihat saja namun siswa juga melakukan. Belajar bermakna merupakan pendekatan pengelolaan sistem pembelajaran melalui metode belajar aktif menuju belajar mandiri. Pengalaman belajar hasil pembelajaran bermakna oleh guru sangat ditentukan oleh bagaimana guru mengemas rencana pembelajaran itu serta lingkungan belajar siswa. Pendidikan karakter sebagai salah satu produk pembelajaran bermakna, kristal – kristalnya sangat bertalian erat dengan ruh dan jiwa Pancasila, mengingat didalam sila – sila Pancasila sarat akan nilai – nilai penguatan pendidikan karakter, diantaranya nilai religius, nilai kemandirian, nilai nasionalisme, nilai gotong royong, dan nilai integritas. Hal ini sesuai Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai – nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratrif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab,” bunyi Pasal 3 Prepres Nomor 87 Tahun 2017, sehingga semakin jelas adanya garis benang merah keterkaitan antara penguatan pendidikan karakter dengan Pancasila.BDR ( Belajar Dari Rumah ) merupakan salah satu kebijakan pemerintah melalui Kemdikbud yang telah dilaksanakan selama masa Pandemi, Begitu juga model Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ). Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ) untuk saat ini merupakan rekomendasi pemerintah dalam masa Pandemi. PJJ dapat dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan baik secara daring ataupun luring. SeeSaw Class merupakan salah satu aplikasi / platform yang dapat dimanfaatkan guru sebagai sarana menjembatani Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ). Melalui aktivitas belajar berbasis dalam jaringan Seesaw Class, guru dapat mengaktualisasi kegiatan - kegiatan Belajar Dari Rumah ( BDR ), tidak terkecuali aktualiasasi nilai - nilai Pancasila. Aktualisasi nilai - nilai Pancasila melalui strategi PJJ berbasis daring memang memerlukan gotong royong orangtua bersama guru agar program BDR menjadi sebuah praktik baik. Sehingga pada akhirnya pembangunan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga akan berdampak positif juga pada penanaman nilai - nilai Pancasila berbasis pendidikan keluarga.

Penguatan pendidikan karakter sebagai salah satu produk kristalisasi nilai - nilai Pancasila perlu dikoordinasikan secara baik bersama guru dan keluarga. Penguatan pendidikan karakter dapat dibangun melalui kegiatan pembiasaan di lingkungan keluarga. Berangkat dari hal - hal kecil seperti ketaatan beribadah di rumah, saling menyayangi, menjaga sopan santun terhadap orangtua, suka berbagi, musyawarah keluarga, dan sebagainya. Namun hal - hal kecil tersebut memerlukan stimulus dari guru untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan agar menghasilkan produk praktik baik. Produk praktik baik itu adalah terciptanya tunas - tunas Pancasila yang senantiasa berjiwa Pancasila, dan pada akhirnya dapat mewujudkan Indonesia Maju, Sumber Daya Manusia Unggul.

BDR dan Penguatan Pendidikan Karakter merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, karena penguatan pendidikan karakter lebih dominan dibangun dari hasil didikan keluarga di lingkungan rumah. Karakter setiap anak sangat ditentukan pola asuh keluarga. Pola asuh keluarga menentukan karakter anak maka dari itu penanaman nilai - nilai pancasila melalui pelibatan keluarga sangat ditentukan pula pada pola asuh keluarga terhadap anak. Keluarga yang telah membudayakan nilai - nilai Pancasila akan tercermin pada bagaimana karakter anak tersebut. Anak - anak yang sudah dibiasakan dengan tatanan hidup ber - Pancasila akan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Dengan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi akan menumbuhkan rasa patriotisme. Sifat patriotisme adalah sikap pantang menyerah, serta semangat berjuang. Dalam Era masa kini semangat berjuang sangat penting dan perlu dibangun. Dengan sikap semangat berjuang akan melahirkan pola pikir yang terbuka, kritis, kreatif, mengutamakan kerjasama, dan komunikasi ( musyawarah ). Pola pikir yang terbuka, kritis, kreatif, mengutamakan kerjasama, dan komunikasi merupakan unsur - unsur keterampilan Abad 21. Dengan demikian, Penguatan pendidikan karakter melalui aktualisasi nilai - nilai Pancasila akan melahirkan keterampilan - keterampilan pada anak yaitu keterampilan Abad 21, dimana keterampilan Abad 21 ikut mengambil peran penting dalam mencetak Pelajar Pancasila.

Enam profil dari Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak mulia, Kebhinekaan Global, Gotong royong, Kemandirian, bernalar Kritis dan Berfikir Kreatif. Profil Pelajar Pancasila inilah yang akan mampu menyiapkan generasi muda Indonesia menghadapi berbagai tantangan global. Pelajar Pancasila berorientasi mencetak tunas – tunas Pancasila melalui integrasi pembelajaran di sekolah. Guru harus mampu mengkombinasikan kristal – kristal Pancasila melalui kegiatan pembelajaran secara inklusif. Pembelajaran inklusif disini merupakan pembelajaran yang diimplementasi secara menyeluruh, adanya saling berkaitan, saling bertalian setiap substansi pembelajaran. Menyeluruh kepada sasarannya, nilai – nilai Pancasila diberikan kepada semua peserta didik tanpa memandang perbedaan. Menyeluruh ke semua jenjang, nilai – nilai Pancasila diimplementasikan kepada semua jenjang pendidikan.

Harapannya, aktualisasi nilai – nilai Pancasila pada era pembiasaan baru ini agar terjaga kelestarian kristal – kristal Pancasila sebagai warisan nenek moyang kita. Sebagai hasil perjuangan para pahlawan kita. Sebagai nilai – nilai luhur yang mencerminkan ciri khas bangsa Indonesia. Yang pada akhirnya berdapat positif pada semua aspek kehidupan bangsa, baik nantinya berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat serta bangsa.

 

#ARTIKELBAKTIPANCASILASD2020

#AktualisasiNilaiNilaiPanacasila

#PenguatanPendidikanKarakter

#BelajarSepajangHayat

#BelajarDariRumah

#SinkronisasiKeluargaDanSekolah

#BaktiPancasila

#Kemdikbud2020








0 comments:

Posting Komentar