Tampilkan postingan dengan label KARYA POPULER. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KARYA POPULER. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Juli 2021

Mengenal Model Pembelajaran Self Regulated Learning


Kurikulum 2013 merupakan sebuat perangkat pembelajaran yang memiliki karakteristik berbasis tematik yaitu kurikulum yang memuat seperangkat kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dihubungkan berdasarkan tema. Tema – tema pada pembelajaran kurikulum 2013 masih dijabarkan lagi berdasarkan beberapa sub tema sehingga menuntut guru lebih kreatif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, khususnya pengembangan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar yang inovatif akan menarik minat belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif. Pembelajaran yang kondusif dipengaruhi beberapa faktor salah satunya sintaks pembelajaran yang diaplikasikan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran.

Paradigma Pendidikan masa sekarang telah bergeser dari pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik (students center).Pembelajaran berpusat pada peserta didik membelajarkan peserta didik untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar. Guru sebagai fasilitator dalam belajar sebagai motor penggerak peserta didik dalam mengeksplorasi segala potensinya baik potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Potensi peserta didik akan tereksplorasi apabila guru dalam mengimplementasikan sintaks pembelajaran lebih tepat guna sesuai kurikulum yang diamanahkan.

Kehadiran buku siswa yang selama ini ada belum mencukupi sepenuhnya akan kebutuhan siswa dan kebutuhan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Maka dari itu diperlukan bahan ajar yang memuat sintaks lebih spesifik dalam proses pembelajaran. Menurut Sistiana Windyariani, dkk (2016) bahan ajar harus memiliki kriteria layak, berkesesuaian, dengan kurikulum, menarik minat siswa, menumbuhkan motivasi, dan menstimulasi akivitas siswa, menyajikan gambar, komunikatif, logis, dan sistematis, kontekstual. Pengembangan bahan ajar dengan sintaks lebih khusus akan memudahkan guru dalam mengimplementasikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Pengembangan bahan ajar yang baik harus berpusat pada peserta didik sehingga dengan demikian akan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi yang pada akhirnya akan membangun keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill).

Self Regulated Learning (SRL) merupakan salah satu model pembelajaran sesuai dengan paradigma masa sekarang, karena Self Regulated Learning pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.  Self Regulated Learning (SRL) memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk mengelola secara efektif pembelajarannya sendiri sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Peserta didik mengatur pembelajaran sendiri, maksudnya peserta didik menerapkan strategi belajar yang tepat untuk dirinya hingga memahami konsep – konsep yang dijelaskan oleh guru sebagai fasilitator belajar yang pada akhirnya peserta didik mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya tersebut untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) yang membelajarkan peserta didik untuk mengatur cara belajar secara mandiri, mengeksplorasi potensi diri, akan menumbuhkan pula keterampilan peserta didik dalam berpikir kritis karena dengan terbiasa belajar mandiri untuk memecahkan masalah akan membangun rasa ingin tahu sehingga menumbuhkan keterampilan berpikir kritis ( critical thinking skill ).

Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) sangat tepat diterapkan pada kondisi saat Pandemi seperti sekarang ini, karena mengingat aktivitas belajar siswa di sekolah untuk saat ini beralih pada kegiatan BDR (Belajar Dari Rumah), dimana kondisi siswa di rumah yang beragam memberikan catatan bagi guru harus lebih longgar memberikan kesempatan dalam belajar. Dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) peserta didik dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja. Guru tidak harus menjadi satu satunya sumber belajar, namun guru sebagai fasilitator serta katalisator dalam belajar. Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan termasuk ketersediaan fasilitas guna memberi kemudahan dalam kegiatan belajar bagi peserta didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang kurang kondusif dan mendukung menyebabkan minat belajar peserta didik menjadi rendah. Guru berperan sebagai katalisator, yaitu menjadi pemantik yang memotivasi dan menginspirasi untuk menggali dan mengoptimalkan potensi siswa sehingga menjadi suatu pencerahan bagi mereka, yang pada akhirnya mampu membuka wawasannya.

 

 


 

Selasa, 13 Oktober 2020

NABUNG KARYA ANTARKAN MENJADI NOMINASI LOMBA KEMDIKBUD

 



Beberapa waktu lalu Kemdikbud melalui laman https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/ menyelenggarakan perlombaan Blog dan Vlog untuk siswa dan guru, hal ini sebagai upaya memberdayakan siswa dan guru dalam melestarikan pendidikan karakter yang saat ini menjadi agenda nawacita yang dicanangkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo menuju INDONESIA MAJU, SDM UNGGUL.


Masa Pandemi dampak virus Covid-19 atau virus Corona memberikan  perubahan pola belajar dan mengajar bagi guru kepada peserta didik. Kegiatan belajar dari rumah memberikan tantangan baru bagi guru dalam membelajarkan siswa – siswanya di rumah agar tetap belajar dan tetap berkembang dalam peningkatan pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selalu sigap dengan prahara pendidikan akibat Pandemi. Berbagai kebijakan telah diluncurkan untuk menunjang keberlangsungan roda pendidikan agar tetap berputar dengan baik, sesuai visi Indonesia yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Kemdikbud telah menggulirkan aturan baru melalui Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Dua poin penting isi dari Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 bahwa kegiatan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna serta difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup (life skill)Pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menekankan pada pengembangan keterampilan dan sikap. Dengan pembelajaran pendidikan kecakapan hidup peran keluarga lebih utama karena pendidikan kecakapan hidup merupakan salah satu pembelajaran pertama yang dikenal oleh anak, dan pembelajaran pertama dan utama adalah keluarga.

Penguatan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga salah satu hal yang tepat diimplementasikan pada saat musim pandemic seperti saat ini. “Setiap rumah adalah sekolah” merupakan salah satu ajaran dari Ki Hajar Dewantara. Maksud dari “ Setiap rumah adalah sekolah”, hal ini menyiratkan bahwa setiap keluarga adalah sekolah bagi setiap anak, mengingat pendidikan yang pertama dan utama setiap anak adalah keluarga. Maka dari itu di saat pandemic seperti ini, sangatlah tepat pelibatan keluarga kembali digerakkan.

Penguatan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga lebih menekankan pada orientasi peningkatan kompetensi aspek sikap dan keterampilan. Sekalipun aspek pengetahuan juga ada, namun lebih menekankan pada aspek kompetensi sika dan keterampilan. Aspek sikap dan keterampilan berhubungan dengan sikap yang dilakukan oleh anak di rumah dibawah pendidikan dan bimbingan keluarga, yang pada akhirnya membentuk karakter anak yang baik.

Sikap religious , sikap sosial serta keterampilan adalah aspek – aspek yang tidak disadari telah dilakukan oleh anak – anak di rumah seperti, melakukan kegiatan ibadah tepat waktu, membantu orang tua membereskan dan membersihkan rumah serta sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama anggota keluarga.

Pelibatan keluarga dalam membentuk karakter anak adalah bukti nyata praktik baik kolaborasi guru dan orang tua dalam membelajarkan siswa. Dengan demikian dalam keadaan apapun, kegiatan belajar mengajar dapat dikondisikan, tidak harus disampaikan oleh guru secara langsung namun orangtua dan keluarga mampu menjembatani guru dalam mendidik dan membangun karakter anak. Pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak, tidak hanya dalam aspek pengetahuan saja, akan tetapi aspek sikap dan keterampilan juga akan memberikan peningkatan.

Kesimpulannya musim Pandemi bukan hal yang menjadikan momok terhambatnya kegiatan belajar mengajar. Musim pandemic memberikan hikmah peran keluarga dalam membentuk karakter anak semakin dominan. Peran dan pelibatan keluarga yang dominan dalam membangun karakter anak akan memberikan dampak positif juga terhadap hubungan guru dan keluarga serta masyarakat sebagai tripusat pendidikan. Pendidikan tidak hanya semata – mata tugas guru seorang namun harus ada hubungan sinergis antara keluarga dan masyarakat.


#CerdasBerkarakter
#BlogBerkarakter
#SeruBelajarKebiasaanBaru
#BahagiaBelajardiRumah



Kamis, 08 Oktober 2020

AKTUALISASI PANCASILA DI ERA KEBIASAAN BARU

 


AKTUALISASI PANCASILA DI ERA KEBIASAAN BARU

 

Anik Twiningsih, M.Pd

Email : anik.twin@gmail.com

SD Negeri Laweyan No.54 Kota Surakarta

 

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sarat dengan pesan moral yang terkristalisasi sila – sila Pancasila. Pesan moral yang terkandung dalam sila – sila Pancasila memberikan penguatan pendidikan karakter dan nilai – nilai luhur budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang wajib dilestarikan oleh kita sebagai tunas Pancasila. Penguatan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam ruh dan jiwa Pancasila harus tetap lestari. Keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai tripusat pendidikan memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan nilai – nilai Pancasila. Keluarga sebagai pendidikan utama dan pertama sangat menentukan pembentukan karakter anak. Maka dari itu, sebelum anak memasuki lingkungan sekolah formal, nilai – nilai Pancasila seyogyanya diberikan oleh keluarga. Penanaman dan pembentukan karakter (character building) nilai – nilai Pancasila melalui peran keluarga, dapat dibangun melalui pembiasaan – pembiasaan baru yang dapat dikoordinasikan dengan sekolah sebagai satuan pendidikan formal, agar terjadi praktik baik serta adanya sinkronisasi keluarga dan sekolah. Dengan adanya sinkronisasi keluarga dan sekolah dalam implementasi kristalisasi nilai – nilai Pancasila, akan membentuk karakter rasa cinta tanah air (nasionalisme) sebagai insan Indonesia yang ber-Pancasila.

Pandemi Covid-19 tidak dipungkiri telah mengguncang dunia, tidak terkecuali pada dunia pendidikan. Paradigma pendidikan tersentak berbenah diri merapat agar tidak tenggelam akibat dasyatnya gelombang badai Pandemi Covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Belajar Dari Rumah (BDR), Blended Learning, E-Learning, merupakan sebagian deret barisan dari program pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menghalang badai Pandemi agar roda pendidikan tetap berputar. Pandemi memberikan dampak kepada semua pemangku kepentingan (stakeholder) termasuk guru dan orangtua. Pandemi mengubah lazimnya strategi pembelajaran di sekolah secara langsung menjadi strategi pembelajaran di sekolah secara tidak langsung. Akibat Pandemi, pembelajaran di sekolah secara langsung harus berbalik arah mengaplikasikan strategi pembelajaran tidak langsung melalui model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selalu sigap dengan prahara pendidikan akibat Pandemi. Berbagai kebijakan telah diluncurkan untuk menunjang keberlangsungan roda pendidikan agar tetap berputar dengan baik, sesuai visi Indonesia yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Kemdikbud telah menggulirkan aturan baru melalui Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Dua poin penting isi dari Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 bahwa kegiatan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna serta difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup (life skill).

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dengan materi-materi yang disampaikan guru, guru menysun materi sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat benar-benar bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran ini peserta didik dapat menggunakan lebih banyak indranya tidak hanya mendengar atau melihat saja namun siswa juga melakukan. Belajar bermakna merupakan pendekatan pengelolaan sistem pembelajaran melalui metode belajar aktif menuju belajar mandiri. Pengalaman belajar hasil pembelajaran bermakna oleh guru sangat ditentukan oleh bagaimana guru mengemas rencana pembelajaran itu serta lingkungan belajar siswa. Pendidikan karakter sebagai salah satu produk pembelajaran bermakna, kristal – kristalnya sangat bertalian erat dengan ruh dan jiwa Pancasila, mengingat didalam sila – sila Pancasila sarat akan nilai – nilai penguatan pendidikan karakter, diantaranya nilai religius, nilai kemandirian, nilai nasionalisme, nilai gotong royong, dan nilai integritas. Hal ini sesuai Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai – nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratrif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab,” bunyi Pasal 3 Prepres Nomor 87 Tahun 2017, sehingga semakin jelas adanya garis benang merah keterkaitan antara penguatan pendidikan karakter dengan Pancasila.BDR ( Belajar Dari Rumah ) merupakan salah satu kebijakan pemerintah melalui Kemdikbud yang telah dilaksanakan selama masa Pandemi, Begitu juga model Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ). Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ) untuk saat ini merupakan rekomendasi pemerintah dalam masa Pandemi. PJJ dapat dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan baik secara daring ataupun luring. SeeSaw Class merupakan salah satu aplikasi / platform yang dapat dimanfaatkan guru sebagai sarana menjembatani Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ). Melalui aktivitas belajar berbasis dalam jaringan Seesaw Class, guru dapat mengaktualisasi kegiatan - kegiatan Belajar Dari Rumah ( BDR ), tidak terkecuali aktualiasasi nilai - nilai Pancasila. Aktualisasi nilai - nilai Pancasila melalui strategi PJJ berbasis daring memang memerlukan gotong royong orangtua bersama guru agar program BDR menjadi sebuah praktik baik. Sehingga pada akhirnya pembangunan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga akan berdampak positif juga pada penanaman nilai - nilai Pancasila berbasis pendidikan keluarga.

Penguatan pendidikan karakter sebagai salah satu produk kristalisasi nilai - nilai Pancasila perlu dikoordinasikan secara baik bersama guru dan keluarga. Penguatan pendidikan karakter dapat dibangun melalui kegiatan pembiasaan di lingkungan keluarga. Berangkat dari hal - hal kecil seperti ketaatan beribadah di rumah, saling menyayangi, menjaga sopan santun terhadap orangtua, suka berbagi, musyawarah keluarga, dan sebagainya. Namun hal - hal kecil tersebut memerlukan stimulus dari guru untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan agar menghasilkan produk praktik baik. Produk praktik baik itu adalah terciptanya tunas - tunas Pancasila yang senantiasa berjiwa Pancasila, dan pada akhirnya dapat mewujudkan Indonesia Maju, Sumber Daya Manusia Unggul.

BDR dan Penguatan Pendidikan Karakter merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, karena penguatan pendidikan karakter lebih dominan dibangun dari hasil didikan keluarga di lingkungan rumah. Karakter setiap anak sangat ditentukan pola asuh keluarga. Pola asuh keluarga menentukan karakter anak maka dari itu penanaman nilai - nilai pancasila melalui pelibatan keluarga sangat ditentukan pula pada pola asuh keluarga terhadap anak. Keluarga yang telah membudayakan nilai - nilai Pancasila akan tercermin pada bagaimana karakter anak tersebut. Anak - anak yang sudah dibiasakan dengan tatanan hidup ber - Pancasila akan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Dengan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi akan menumbuhkan rasa patriotisme. Sifat patriotisme adalah sikap pantang menyerah, serta semangat berjuang. Dalam Era masa kini semangat berjuang sangat penting dan perlu dibangun. Dengan sikap semangat berjuang akan melahirkan pola pikir yang terbuka, kritis, kreatif, mengutamakan kerjasama, dan komunikasi ( musyawarah ). Pola pikir yang terbuka, kritis, kreatif, mengutamakan kerjasama, dan komunikasi merupakan unsur - unsur keterampilan Abad 21. Dengan demikian, Penguatan pendidikan karakter melalui aktualisasi nilai - nilai Pancasila akan melahirkan keterampilan - keterampilan pada anak yaitu keterampilan Abad 21, dimana keterampilan Abad 21 ikut mengambil peran penting dalam mencetak Pelajar Pancasila.

Enam profil dari Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak mulia, Kebhinekaan Global, Gotong royong, Kemandirian, bernalar Kritis dan Berfikir Kreatif. Profil Pelajar Pancasila inilah yang akan mampu menyiapkan generasi muda Indonesia menghadapi berbagai tantangan global. Pelajar Pancasila berorientasi mencetak tunas – tunas Pancasila melalui integrasi pembelajaran di sekolah. Guru harus mampu mengkombinasikan kristal – kristal Pancasila melalui kegiatan pembelajaran secara inklusif. Pembelajaran inklusif disini merupakan pembelajaran yang diimplementasi secara menyeluruh, adanya saling berkaitan, saling bertalian setiap substansi pembelajaran. Menyeluruh kepada sasarannya, nilai – nilai Pancasila diberikan kepada semua peserta didik tanpa memandang perbedaan. Menyeluruh ke semua jenjang, nilai – nilai Pancasila diimplementasikan kepada semua jenjang pendidikan.

Harapannya, aktualisasi nilai – nilai Pancasila pada era pembiasaan baru ini agar terjaga kelestarian kristal – kristal Pancasila sebagai warisan nenek moyang kita. Sebagai hasil perjuangan para pahlawan kita. Sebagai nilai – nilai luhur yang mencerminkan ciri khas bangsa Indonesia. Yang pada akhirnya berdapat positif pada semua aspek kehidupan bangsa, baik nantinya berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat serta bangsa.

 

#ARTIKELBAKTIPANCASILASD2020

#AktualisasiNilaiNilaiPanacasila

#PenguatanPendidikanKarakter

#BelajarSepajangHayat

#BelajarDariRumah

#SinkronisasiKeluargaDanSekolah

#BaktiPancasila

#Kemdikbud2020








Rabu, 09 September 2020

Nabung Karya, Antarkan Menjadi Nominasi Peserta Lomba

 



Sudah menjadi agenda tahunan Kemdikbud menghelat berbagai kegiatan perlombaan demi memacu kreasi dan inovasi setiap insan pendidikan Indonesia. Salah satu agenda tahunan itu Lomba Foto dan Artikel Jurnalistik KEMDIKBUD 2020. Alhamdulilah pada tahun ini ada kesempatan bisa mengikuti agenda tahunan bergengsi ini, dan pada akhirnya terpilih sebagai nominasi peserta. Terimakasih kami ucapkan kepada semua yang telah memberikan motivasi kepada kami, Terimakasih kami ucapkan pula kepada Majalah Inspirasi Pendidikan yang telah memberi wahana kepada kami sebagai media publikasi karya kami, yang mengantarkan karya kami sebagai nominasi peserta Lomba Foto dan Artikel Jurnalistik KEMDIKBUD 2020.

Berikut artikel terpilih :


MEMBERDAYAKAN  ETNOMATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

 

Anik Twiningsih, S.Pd.SD

anik.twin@gmail.com

SDN Laweyan No.54 Kota Surakarta

 

 Inovasi pembelajaran untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah hal yang sangat penting bagi seorang guru. Pembelajaran matematika yang selama ini dinilai peserta didik adalah salah satu muatan pelajaran yang sulit akan lebih mudah dipelajari dan menarik minat belajar apabila disajikan lebih unik, Salah satunya melalui pendekatan berbasis etnomatematika. Etnomatematika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah budaya. Keberadaan bentuk matematika dalam budaya lokal saat ini sering diabaikan karena sering dianggap tidak memiliki kontribusi dalam kehidupan modern. Sebaliknya, etnomatematika berkontribusi dalam pengembangan identitas individu serta pengembangan kurikulum sekolah. Etnomatematika menekankan pada faktor sosial budaya dalam proses belajar mengajar dan mengembangkan matematika serta melihat matematika sebagai praktik dan produk budaya. Hasil studi etnomatematika dapat digunakan dalam pembelajaran matematika karena etnomatematika terkait dengan budaya peserta didik dan kehidupan nyata sehingga mereka merasa terhubung dengan konteks yang dipelajari. Selain itu, memungkinkan peserta didik untuk mencapai pengetahuan yang diperlukan.

Etnomatematika memunculkan kearifan budaya sehingga mampu memotivasi peserta didik dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, terdapat beberapa kemampuan yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Diantara kemampuan matematika tersebut adalah kemampuan literasi matematika (E. Fajriyah, 2018). Pembelajaran etnomatematika bertujuan menerapkan pengalaman budaya dan praktik peserta didik, komunitas, dan masyarakat secara individu untuk menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna. Lebih penting lagi, etnomatematika memungkinkan peserta didik untuk memahami bahwa pengetahuan matematika tertanam dalam budaya sosial mereka. Guru perlu mengetahui etnomatematika sebagai inovasi pembelajaran matematika alternatif karena guru memainkan peran penting dalam mengembangkan inovasi pada konten dan praktik matematika di sekolah.

Pembelajaran etnomatematika dalam pelaksanaannya dapat di integrasikan dengan pembelajaran tematik di kelas. Dalam setiap pembelajaran tematik guru bisa menerapkan model pembelajaran berbasis etnomatematika dengan menghubungkan budaya lokal setempat yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Tentu saja pembelajaran tematik yang diintegrasikan bersama etnomatematika seyogyanya disesuaikan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Dengan demikian pembelajaran tematik akan lebih bermakna karena selain guru dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai kriteria ketuntasan minimal dilain sisi memupuk peserta didik untuk membentuk karakter serta lebih mengenal budaya lokal yang bisa punah apabila tidak dipelajari.

Pembelajaran etnomatematika selain dapat meningkatkan hasil belajar juga dapat mengembangkan pendidikan karakter yang berbasis kearifan budaya lokal. Peserta didik akan lebih mengenal kekayaan budaya daerah. Kebudayaan daerah perlu digali dan dikembangkan melalui pembelajaran yang menarik, salah satunya melalui pendekatan etnomatematika. Keberhasilan pembelajaran tematik dengan menerapkan pendekatan etnomatematika juga dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika peserta didik, sehingga peserta didik selain belajar tentang budaya juga belajar tentang matematika. Intergrasi antara literasi budaya dan literasi matematika akan memberikan dampak positif pada hasil belajar, tidak hanya pada hasil belajar pengetahuan, namun dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mempresentasikan hasil pembelajaran yang telah diperoleh melalui project pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dan pada akhirnya peserta didik akan lebih terampil dalam berpikir baik berpikir secara kritis maupun kreatif. Kesimpulannya etnomatematika memberikan dampak positif terhadap pembelajaran tematik karena selain dapat meningkatkan literasi budaya peserta didik juga dapat meningkatkan literasi matematika peserta didik.


Sabtu, 16 Mei 2020

WEBINAR KESHARLINDUNG KEMDIKBUD 2020 ( Inovasi Pembelajaran dan Kecakapan Guru dalam Antisipasi Penyebaran Covid - 19 Tahap 1)




Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang. Sementara, epidemi merupakan istilah yang digunakan untuk peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi di area tertentu. Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan suatu penyakit, melainkan hanya tingkat penyebarannya saja. Dalam kasus saat ini, COVID-19 menjadi pandemi pertama yang disebabkan oleh virus corona.

Pandemi virus corona saat ini sangat memberikan dampak yang sangat ekstrim di berbagai aspek kehidupan, diantaranya pada paradigma pendidikan. Masa pandemi virus corona saat ini memberikan pergeseran pola mengajar guru, yang pada mulanya bertatap muka langsung, namun dengan kondisi masa pandemi ini mengharuskan guru dan peserta didik untuk tidak mengadakan kegiatan pembelajaran secara langsung atau tatap muka, akan tetapi tetap mengadakan interaksi kegiatan belajar mengajar secara maya (virtual) dengan memanfaatkan segala teknologi saat ini. Dengan demikian guru dituntut kreativitasnya dalam menciptakan inovasi pembelajaran untuk peserta didik agar pembelajaran tetap memberikan antusiasme belajar meskipun melalui program "belajar dari rumah".


Peran keluarga untuk program "belajar dari rumah" sangat berperan penting. Keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama bagi anak, dengan adanya musim pandemi ini akan lebih dominan, karena anak lebih banyak bersama keluarga dari pada bersama guru. Dengan kondisi seperti ini kerjasama guru, orang tua dan masyarakat sebagai tripusat pendidikan sangat dibutuhkan, agar tercipta hasil belajar yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan oleh guru. Program "belajar dari rumah" tidak hanya transfer ilmu pengetahuan saja yang dijembatani oleh peran keluarga, akan tetapi penguatan pendidikan karakter lebih penting. Penguatan pendidikan karakter di lingkungan keluarga dibawah peran keluarga akan memberikan dampak positif terhadap pembentukkan karakter anak,utamanya membangun sikap religius, mandiri, gotong royong, nasional dan integritas yang tinggi. 

Inovasi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sebagai pencapaian kompetensi dituntut lebih kreatif, karena kondisi masa pandemi. Kreativitas guru dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran memberikan tantangan tersendiri bagi guru. Guru harus dinamis mengikuti dan mampu menjawab kebutuhan urgensi pendidikan yang tepat untuk peserta didik di masa pandemi.  Pembelajaran tetap dilaksanakan namun tetap memperhatikan aturan aturan protokol kesehatan masa pandemi, salah satunya tidak bertatap muka. Oleh karena itu pembelajaran maya (virtual learning) lebih berperan penting. Dengan dikolaborasikan dengan model e-learning, kegiatan pembelajaran diharapkan dapat maksimal sehingga memberikan dapat positif kepada peserta didik, baik perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Dr. Sandi Budi Ariawan, M.Pd, salah satu nara sumber Webinar Kesharlindung Kemdikbud, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengandung poin- poin penting, diantaranya : kompetensi terkuasai dan tujuan pembelajaran tercapai, pembalikan makna belajar mellaui learning by doing, interaksi memperkuat kompetensi, pembelajaran berpusat pada siswa, membangun kemandirian dan belajar sepanjang hayat.


Pembelajaran semasa pandemi memberikan rambu - rambu :
1. Self directed learning (pembelajaran secara mandiri dan langsung)
2. Multi sources (Melalui berbagai sumber belajar)
3. Life Long Learning (Belajar sepanjang hayat)
4. ICT Based Learning ( Pembelajaran berbasis Teknologi )
5. Adaptive Learning ( Pembelajaran yang adaptif)
6. Distance Learning ( pembelajaran jarak jauh)

Bentuk Inovasi guru dimasa pandemi :
1.  Pembelajaran berbasis TIK
2.  Penguatan hubungan keluarga dan siswa
3.  Belajar berorientasi pada budi pekerti
4.  Belajar bagaimana mengatur waktu belajar
5.  Mengadakan evaluasi dan tindak lanjut terhadap data kemajuan belajar siswa

Rekomendasi pembelajaran saat pandemi :
1.  Guru dan siswa sebagai subjek pendidikan
2.  Teknologi dan materi pembelajaran sebagai alat
3.  Peran keluarga lebih dominan
4.  Orientasi pembelajaran ke arah kecakapan hidup siswa
5.  penggunaan TIK harus selalu didampingi











Senin, 04 Mei 2020

Membangun Pendidikan Karakter Anak Berbasis Pelibatan Keluarga Di Masa Pandemic Virus Corona


Membersihkan tempat tidur

  Sholat berjamaah bersama orang tua

Masa Pandemi dampak virus Covid-19 atau virus Corona memberikan  perubahan pola belajar dan mengajar bagi guru kepada peserta didik. Kegiatan belajar dari rumah memberikan tantangan baru bagi guru dalam membelajarkan siswa – siswanya di rumah agar tetap belajar dan tetap berkembang dalam peningkatan pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selalu sigap dengan prahara pendidikan akibat Pandemi. Berbagai kebijakan telah diluncurkan untuk menunjang keberlangsungan roda pendidikan agar tetap berputar dengan baik, sesuai visi Indonesia yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Kemdikbud telah menggulirkan aturan baru melalui Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Dua poin penting isi dari Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 bahwa kegiatan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna serta difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup (life skill). Pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menekankan pada pengembangan keterampilan dan sikap. Dengan pembelajaran pendidikan kecakapan hidup peran keluarga lebih utama karena pendidikan kecakapan hidup merupakan salah satu pembelajaran pertama yang dikenal oleh anak, dan pembelajaran pertama dan utama adalah keluarga.

Penguatan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga salah satu hal yang tepat diimplementasikan pada saat musim pandemic seperti saat ini. “Setiap rumah adalah sekolah” merupakan salah satu ajaran dari Ki Hajar Dewantara. Maksud dari “ Setiap rumah adalah sekolah”, hal ini menyiratkan bahwa setiap keluarga adalah sekolah bagi setiap anak, mengingat pendidikan yang pertama dan utama setiap anak adalah keluarga. Maka dari itu di saat pandemic seperti ini, sangatlah tepat pelibatan keluarga kembali digerakkan.

Penguatan pendidikan karakter melalui pelibatan keluarga lebih menekankan pada orientasi peningkatan kompetensi aspek sikap dan keterampilan. Sekalipun aspek pengetahuan juga ada, namun lebih menekankan pada aspek kompetensi sika dan keterampilan. Aspek sikap dan keterampilan berhubungan dengan sikap yang dilakukan oleh anak di rumah dibawah pendidikan dan bimbingan keluarga, yang pada akhirnya membentuk karakter anak yang baik.

Sikap religious , sikap sosial serta keterampilan adalah aspek – aspek yang tidak disadari telah dilakukan oleh anak – anak di rumah seperti, melakukan kegiatan ibadah tepat waktu, membantu orang tua membereskan dan membersihkan rumah serta sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama anggota keluarga.

Pelibatan keluarga dalam membentuk karakter anak adalah bukti nyata praktik baik kolaborasi guru dan orang tua dalam membelajarkan siswa. Dengan demikian dalam keadaan apapun, kegiatan belajar mengajar dapat dikondisikan, tidak harus disampaikan oleh guru secara langsung namun orangtua dan keluarga mampu menjembatani guru dalam mendidik dan membangun karakter anak. Pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak, tidak hanya dalam aspek pengetahuan saja, akan tetapi aspek sikap dan keterampilan juga akan memberikan peningkatan.

Kesimpulannya musim Pandemi bukan hal yang menjadikan momok terhambatnya kegiatan belajar mengajar. Musim pandemic memberikan hikmah peran keluarga dalam membentuk karakter anak semakin dominan. Peran dan pelibatan keluarga yang dominan dalam membangun karakter anak akan memberikan dampak positif juga terhadap hubungan guru dan keluarga serta masyarakat sebagai tripusat pendidikan. Pendidikan tidak hanya semata – mata tugas guru seorang namun harus ada hubungan sinergis antara keluarga dan masyarakat.


#CerdasBerkarakter
#BlogBerkarakter
#SeruBelajarKebiasaanBaru
#BahagiaBelajardiRumah

Jumat, 07 Februari 2020

MEDIA LOOSE PARTS PLAY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF



Istilah "Loose Parts" mulai digunakan pada tahun 1971, oleh seorang arsitek Simon Nicholson, menerbitkan makalah yang disebut "Theory of Loose Parts". Nicolson menggambarkan Loose Parts sebagai "variabel" dan memberikan contoh seperti bahan dan bentuk, serta berbagai ide. Dengan semua ini semua anak - anak suka bermain, bereksperimen, menemukan dan menciptakan dan bersenang  - senang. Ketika anak - anak bermain di ruang atau dengan objek, mereka mengalami dengan cara yang unik. Hal tersebut sesuai dengan "teori ordance". Ketika anak - anak berinteraksi dengan loose parts, mereka memasuki dunia "bagaimana jika" yang mempromosikan jenis pemikiran yang mengarah pada pemecahan masalah dan penalaran teoritis.
Loose Parts, meningkatkan kemampuan anak - anak untuk berpikir secara imajinatif, dan mereka membawa perasaan berpetualang dan kegembiraan bermain (Daly dan Beloglovsky, 2015).
Loose Parts  adalah benda apapun yang bisa digunakan sebagai media bermain anak dan menciptakan open ended play, mainan yang tidak terbatas, bisa berkembang jadi apa saja sesuai imajinasi anak. Salah satu contohnya adalah Lego Block.


SUMBER :
Casey, T., Robertson, J., Abel, J., Cairns, M., Caldwell, L., Campbell, K., … Robertson, T. (2016). Loose Parts Play, 72.

Gençer, A. A., & Avci, N. (2015). The Treasure in Nature ! Loose Part Theory

Gibson, J. L., Cornell, M., & Gill, T. (2017). A Systematic Review of Research into the Impact of Loose Parts Play on Children’s Cognitive, Social and Emotional Development. School Mental Health, 9(4), 295–309. https://doi.org/10.1007/s12310-017-9220-9

Smith-gilman, S. (2018). The Arts, Loose Parts and Conversations. Journal of the Canadian Association for Curriculum Studies, 16(1), 90–103.






















MEMBANGUN PEMBELAJARAN BERBASIS ECOLITERASI MELALUI SEKOLAH ADIWIYATA







Ecoliteracy merupakan singkatan dari ecological literacy, dikenal juga dengan istilah melek ekologi, melek lingkungan, literasi ekologis dan literasi lingkungan (environmental literacy). Ecoliteracy menggambarkan kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup. Pengetahuan dan kesadaran tentang keberadaan dan ruang lingkup masalah lingkungan adalah penting karena dapat membangkitkan kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan. Penekanannya harus pada (i) pengetahuan tentang penyebab, (ii) pengetahuan tentang efek, dan (iii) pengetahuan tentang strategi untuk berubah, ketika menghadapi masalah lingkungan.
Membangun jiwa peduli lingkungan  akan lebih efektif melalui pendidikan lingkungan di sekolah. Sebagai tempat belajar, sekolah memiliki peran khusus untuk bermain; sekolah dapat membantu siswa untuk memahami dampak perilaku manusia di bumi ini, dan menjadi tempat di mana hidup yang berkelanjutan. Akan tetapi berbagai masalah lingkungan yang semakin tak terkendali menunjukkan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup belum berhasil membentuk karakter manusia yang peduli terhadap lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi kelemahan dalam Pendidikan Lingkungan Hidup ini, sekolah harus memberikan praktek pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan dan lingkungan belajar yang diperlukan harus memberikan siswa kesempatan untuk belajar di luar kelas, mengamati alam, berlatih dan menguji isu-isu belajar tentang lingkungan. Melalui program sekolah Adiwiyata diharapkankan dapat membangun literasi lingkungan pada siswa guna mewujudkan masyarakat berkarakter peduli lingkungan.
Melalui program Adiwiyata diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindari dampak lingkungan yang negatif. Program Adiwiyata dikembangkan berdasarkan norma-norma dalam perikehidupan yang antara lain meliputi: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.Sangat banyak manfaat yang diperoleh sekolah maupun warga sekolah dengan mengikuti program Adiwiyata.
Tujuan program Adiwiyata adalah mendorong dan membentuk sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Melalui program Adiwiyata diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindari dampak lingkungan yang negatif. Warga sekolah selanjutnya harus dapat menjadi model/contoh bagi masyarakat guna mewujudkan masyarakat yang berkarakter peduli lingkungan. Guna mencapai tujuan program Adiwiyata, diperlukan partisipasi semua pihak, mulai dari pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah, seluruh warga sekolah, serta masyarakat, baik orang tua siswa maupun tokoh masyarakat.