Jumat, 02 Maret 2018

Diklat Pengelolaan Lembaga Pendidikan Non Formal Sebagai Implementasi Peningkatan dan Pengembangan Manajemen Kepemimpinan Menuju Lembaga Terakreditasi





Dalam 8 Standar Nasional Pendidikan yang diamanahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Standar Pengelolaan, Standar Isi, Standar kelulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Penilaian, serta Standar Pembiayaan. Dari ke delapan standar tersebut di atas kali ini kita akan berbicara tentang standar pengelolaan, terutama pengelolaan kepemimpinan lembaga Pendidikan Non Formal (PNF). 
Tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal, 5 kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin baik dalam mengelola pendidikan formal maupun non formal adalah sebagai berikut : 
1. Kompetensi Managerial
2. Kompetensi Sosial
3. Kompetensi Kepribadian
4. Kompetensi Kewirausahaan
5. Kompetensi Supervisi
Pada tanggal 21 - 22 Pebruari 2018, PP PAUD DIKMAS Provinsi Jawa Tengah telah mengadakan Diklat dan Uji Kompetensi bagi para pegiat dan pengelola satuan pendidikan non formal yaitu pengelola LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan), Pengelola PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), dan pengelola PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk mengikuti diklat kepemimpinan (leadership) yang berikutnya dilanjutkan dengan kegiatan post test sekaligus kegiatan Uji Kompetensi. 
Kegiatan Diklat pengelola yang diadakan PP PAUD DIKMAS Provinsi Jawa Tengah ini bekerja sama dengan Forum PLKP se-Jawa Tengah. Kegiatan Diklat diadakan selama 2 hari dengan fasilitas para peserta diklat diasramakan di griya asrama yang telah disediakan PP PAUD DIKMAS. Kegiatan Diklat diisi oleh para pemateri / Master Trainer handal di bidang Satuan Pendidikan Non Formal. Para Master Trainer tersebut merupakan para pegiat pendidikan non formal yang bekerja sama dengan Lembaga Sertifikat Kursus (LSK) dan terbukti kompeten dibidangnya. 








Kemitraan Pos PAUD EINSTEIN sebagai implementasi sosialisasi masyarakat





Pos PAUD EINSTEIN sebagai bentuk kegiatan masyarakat berbasis Lembaga Pendidikan Non Formal (PNF) memberikan layanan Pendidikan Anak Usia Dini, Bina Keluarga Balita, dan Posyandu yang bekerjasama dengan pihak kelurahan/ desa. Pos PAUD EINSTEIN selama ini dikelola dengan prinsip gotong royong dan subsidi silang dibawah binaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Dinas PLKB kecamatan setempat. Lembaga ini bersifat nirlaba oleh sebab itu lebih menekankan pada kegiatan sosial, mengutamakan kebersamaan, dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Sebagai lembaga yang membutuhkan fungsi operasional, selama ini Pos PAUD EINSTEIN memberdayakan swadana dan swadaya masyarakat dalam setiap kegiatan. 

Selama ini, pengelolaan dan kegiatan operasional Pos PAUD EINSTEIN memberdayakan fungsi kemitraan dengan menjalin mitra sosial bersama para pegiat sosial yaitu donatur. Donatur Pos PAUD EINSTEIN selama ini berperan dalam pengelolaan kesejahteraan para guru pembimbing, guru pengasuh, bunda - bunda PAUD yang telah tulus mendidik anak - anak generasi emas ini. Sejauh ini, Pos PAUD EINSTEIN telah memiliki satu Donatur Tetap yang telah ajeg setiap bulan memberikan donasinya untuk kesejahteraan para Bunda Pos PAUD EINSTEIN.

"Mas Yos" begitulah panggilan akrab kami untuk Mas Donatur tetap kami ini.  Mas Yos telah aktif menjadi donatur tetap Pos PAUD EINSTEIN sejak setahun yang lalu. Kontribusi Mas Yos sebagai donatur tetap di Pos PAUD EINSTEIN dengan memberikan santunan kesejahteraan yang ditujukan kepada bunda - bunda Pos PAUD EINSTEIN. Kontribusi ini rutin diberikan setiap bulan sehingga sangat membantu dalam pengelolaan honor serta kesejahteraan bunda - bunda Pos PAUD EINSTEIN. Mas Yos adalah salah satu anggota dewan di kabupaten Sukoharjo, selain itu tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana Univesitas Sebelas Maret. Mas Yos masih sangat belia, rajin bersosialisasi kepada masyarakat, hal itu dilakukan bukan serta merta tugas pokok fungsinya sebagai wakil rakyat saja namun membangun jiwa sosial, jiwa handarbeni sehingga membentuk jiwa kepemimpinan yang berkarakter. "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani".

Harapan kami ke depan, Pos PAUD EINSTEIN menjadi lembaga yang senantiasa berkembang dinamis mengikuti perkembangan paradigma pendidikan yang selalu menuntut kesiapan dan kesediaan setiap pelaku pendidikan agar mampu mengembangkan diri serta berkarya untuk kemajuan bangsa yang lebih baik. 


by : anik.twin@gmail.com





Sabtu, 21 Oktober 2017

Pendidikan Anti Hoax



Pendidikan Anti Hoax Melalui Budaya Literasi Berbasis Penguatan Pendidikan Karakter

Kehidupan masyarakat yang damai dan tentram adalah tujuan setiap orang. Kehidupan masyarakat yang damai dan tentram akan tercipta apabila kondisi di setiap aspek di dalam masyarakat itu dalam kondisi yang kondusif. Kondisi yang kondusif maksudnya, dimana kondisi masyarakat bebas dari ancaman, bebas dari rasa takut, tidak terjadi konflik, suasana masyarakat tertib dan aman. Kondisi masyarakat yang kondusif sewaktu – waktu dapat terganggu apabila salah satu komponen masyarakat membuat kekacauan. Berita bohong yang tidak jelas sumbernya adalah salah satu faktor yang dapat merusak integritas kenyamanan kehidupan di dalam lingkungan masyarakat. Kondisi masyarakat Indonesia yang beranekaragam sasaran empuk bagi penyebar berita bohong. Oleh karena itu perlu adanya “Pendidikan Anti Hoax”. Pendidikan Anti Hoax dapat diberikan tidak hanya melalui pendidikan formal semata, namun dapat diimplementasikan melalui pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. Keluarga sebagai pendidikan pertama sekaligus sebagai pendidikan informal bagi peserta didik sangat berperan penting dalam pendidikan anti hoax. Sebagia salah satu pilar pendidikan, keluarga beserta pola didiknya sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan peserta didik. Sekolah sebagai pendidikan formal berperan dalam memantapkan pendidikan yang telah diberikan keluarga dengan didasari ilmu pengetahuan. Melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu mencetak para penerus bangsa yang berkarakter serta berbudi pekerti luhur.
Hoax adalah berita bohong yang bertujuan mendiskreditkan individu atau kelompok. Hoax dapat meresahkan masyarakat oleh sebab itu harus diperangi karena mengganggu ketentraman dalam hidup bermasyarakat. Dampak negatif hoax yang dianggap kebenaran oleh individu atau kelompok tidak saja membuat retaknya hubungan individu, komunitas, bangsa, tetapi bahkan bisa menimbulkan perang antarbangsa. Hoax dapat menyebabkan konflik sosial dalam masyarakat yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan. Hoax cenderung berisi berita tentang ekstrimisme dan diskriminasi. Ekstrimisme meranah pada kebencian dan diskriminasi meranah pada membahas perbedaan sehingga dapat menimbulkan konflik SARA. Masyarakat yang mudah percaya dengan berita bohong akan mudah menyebarkan hoax tersebut ke media sosial sehingga hoax menjadi viral. Sebaiknya masyarakat tidak mudah mempercayai berita bohong karena penyebar berita bohong sama halnya dengan pembuat berita bohong tersebut, maka dari itu secara hukum memiliki sanksi hukum yang sama. Sebelum mempercayai dan menyebarkan berita bohong, masyarakat harus mencari kebenaran berita tersebut dan harus memikirkan dampak dari pemberitaan tersebut. Hoax harus ditangkal dan harus diperangi karena dapat mengancam keutuhan NKRI. Sebelum kita mempercayai sebuah berita hoax, kita harus tahu ciri – ciri berita yang mengarah berita bohong atau hoax. Ciri – ciri hoax : begitu disebar berita tersebut akan menimbulkan keresahan dan kecemasan masyarakat, pemaparan hoax cenderung bersifat persuasif mengarah kebencian, sumber kebenaran berita bohong tidak jelas,  isi berita bohong itu tidak proporsional, bersifat fanatik berkedok ideologi.
Budaya literasi saat ini merupakan salah satu program pemerintah di ranah pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Literasi tidak sekedar melek baca saja namun bermakna komprehensif. Budaya baca bagi sebagian masyarakat merupakan hal yang sudah menjadi pembiasaan, namun tidak juga bagi kelompok masyarakat yang lain. Sebagian kecil masyarakat membaca merupakan kebutuhan. Jenis bacaan dapat berupa media cetak maupun media elektronik. Jenis bacaan media cetak dapat berupa koran, surat kabar, tabloid mapun majalah. Jenis bacaan media elektronik di era digital seperti saat ini merupakan hal yang pandang lebih praktis dalam memperoleh informasi dengan cepat. Kehadiran e-book memudahkan kita dalam membaca tanpa harus membawa setumpuk kertas, cukup dengan sebuah smartphone digenggaman kita dapat mengakses e-book melalui media dalam jaringan (daring) yaitu internet. Literasi tidak sebatas pada budaya baca namun meranah pada beberapa aspek, antara lain : Literasi Dasar, yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersepsikan informasi, mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. Literasi Perpustakaan, yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan literasi perpustakaan yang ada. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi,memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah. Literasi Media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan. Literasi Teknologi , yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.
Dalam usaha memerangi dan menangkal isu – isu yang mengarah ke berita hoax, diperlukan strategi berupa program yang membangun pendidikan agar masyarakat lebih berpikir kritis dalam mencerna informasi yang diterima salah satunya melalui pendidikan literasi. Hal ini sangat penting agar peserta didik mampu menyaring berbagai berita hoax. Pendidikan literasi tidak serta merta hanya mengajak peserta didik untuk membaca dan menulis mengenai bahan -bahan yang sudah diajarkan, namun harus dikolaborasikan dengan ketrerampilan kerangka berpikir kritis dan logis bagi peserta didik dengan kegiatan membaca, menelaah, dan menulis. Tiga hal terkait pendidikan literasi yang harus dilakukan, Pertama, membangun budaya pembelajaran kritis di sekolah. Peserta didik tidak boleh hanya pasif membaca dan menulis tanpa berpikir, namun harus diimbangi dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, memecahkan masalah, dan membangun sikap kritis terhadap berbagai isu yang tengah berkembang saat ini. Kedua, kegiatan pembelajaran harus didampingi dengan guru kreatif dan melek informasi. Penyampaian substansi materi pembelajaran yang disajikan oleh guru harus aktif, kreatif, dan kritis. Guru harus mampu mengajak peserta didik untuk membaca sebuah realitas, berpikir kritis, hingga menemukan problem solving atas persoalan tersebut. Selain itu, materi pembelajaran juga harus didesain menarik dengan mengaitkan pada isu-isu yang tengah berkembang sekarang ini. Ketiga, meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak. Terlebih lagi bagi orang tua yang sibuk dengan rutinitas di kantor. 
Keluarga merupakan pendidikan pertama dalam upaya memerangi hoax. Karena peran keluarga sangat dominan dalam pengawasan penggunaan media sosial oleh anak. Berawal dari keluarga, orangtua dapat mengawasi dengan ketat berbagai informasi atau isu - isu yang menyebar di media sosial. Peran orangtua dalam keluarga sebagai guru pertama untuk pendidikan anak harus lebih intensif. Orangtua harus lebih protectif dalam menggunakan media sosial untuk anak – anak sebagai media belajar di rumah. Orangtua harus meluangkan waktu untuk mendampingi anak dalam belajar di rumah. Orangtua harus mampu menjembatani anak dengan kebutuhannya akan dunia teknologi khususnya dalm menggunakan fasilitas media sosial. Penggunaan media sosial sebagai fasilitas belajar di rumah tanpa kontrol orangtua akan berubah menjadi hal yang fatal.
Sebagai pendidik, menyikapi berita bohong atau hoax diperlukan sikap berpikir kritis sehingga tidak begitu saja kita mempercayainya, untuk itu diperlukan wawasan dan pengetahuan agar kita tidak termakan oleh berita bohong atau hoax. Sikap kritis yang dimaksud disini yaitu membangun kerangka berpikir kritis dan logis bagi peserta didik dengan kegiatan membaca, menelaah, dan menulis, praktik membaca dan menulis harus lebih menitikberatkan kepada membaca dan menulis untuk belajar, sehingga kegiatan pembelajaran tidak monoton dan pasif dengan membaca semata. Sebagai guru atau pendidik, beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyikapi berita bohong atau hoax antara lain membekali dengan wawasan yang luas dengan meningkatkan minat baca melalui budaya literasi.
Guru sebagai transfer ilmu kepada peserta didik harus kreatif, khususnya dalam mengaplikasikan berbagai informasi yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Informasi yang disampaikan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik sehingga mudah dipahami dan diterima oleh peserta didik. Dengan demikian mampu menangkal hoax yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
Guru sebagai fasilitator dalam belajar, harus mampu menjelaskan kepada peserta didik terkait informasi – informasi yang bersifat fakta atau hoax. Guru sebagai orangtua kedua di sekolah harus mampu memberikan tindakan preventif terhadap peserta didik dalam menyikapi dampak negatif berita bohong atau hoax. Tindakan preventif ini dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan dan konseling melalui penguatan pendidikan karakter yaitu pengembangan pendidikan budi pekerti. Peguatan pendidikan karakter telah disahkan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam peraturan presiden ini yang dimaksud Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Penguatan Pendidikan Karakter bertujuan : membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
Guru sebagai bagian dari komponen masyarakat harus mampu memberikan figur yang bersifat membangun dalam menyikapi dampak negatif berita bohong atau hoax. Dalam hal ini, bersikap membangun dapat diartikan tidak memperkeruh suasana sehingga berita hoax dapat diredam dan tidak menjadi berita yang menambah keresahan di masyarakat. Netralitas sangat dibutuhkan dalam menyikapi hoax yang beredar di lingkungan masyarakat. Sikap demokratis lebih tepat dalam menempatkan diri saat berita hoax menjadi berita viral. Sehingga sangat dibutuhkan jiwa demokratis dalam meredam berita hoax yang beredar di lingkungan masyarakat.
Berita bohong atau hoax jelas – jelas virus yang dapat merugikan di berbagai aspek kehidupan maka dari itu marilah kita lebih selektif dalam menyikapi berita yang beredar di masyarakat khususnya yang beredar di media sosial. Budaya literasi sangat tepat untuk menangkal berita hoax karena dengan budaya literasi kita akan lebih berwawasan luas sehingga tidak akan mudah termakan oleh berita hoax. Budaya literasi yang kita kembangkan akan lebih mantap jika diimbangi dengan penguatan pendidikan karakter karena melalui penguatan pendidikan karakter mencetak generasi yang berbudi pekerti luhur sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia yaitu demokratis.


Kamis, 12 Oktober 2017

Kurikulum Sebagai Software Input

Kurikulum sebagai unsur utama dalam proses pembelajaran di sekolah sangat berperan penting. Kurikulum sebagai acuan transfer ilmu kepada peserta didik harus menyajikan dan memiliki kajian yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2008:9) Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Image result for logo kurikulum 2013
Kurikulum merupakan software input dimana kurikulum merupakan sebuah sistem yang menjadi pedoman peserta didik untuk mencapai standar kelulusan. Kurikulum merupakan sebuah sistem dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling terkait dalam rangka mencapai tujuan pendidikan mengemukakan bahwa komponen kurikulum terdiri dari : komponen tujuan, komponen isi dan organisasi bahan pengajaran, komponen pola dan strategi belajar-mengajar, serta komponen evaluasi (Jon Wiles & Joseph Bondi, 2002:34). Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri (self regulated) (Wina Sanjaya, 2008:219).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013 menyatakan bahwa pembelajaran  merupakan  proses  pendidikan yang  memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  mengembangkan  potensi  mereka  menjadi  kemampuan  yang  semakin  lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang  diperlukan  dirinya  untuk  hidup  dan  untuk  bermasyarakat, berbangsa,  serta  berkontribusi  pada  kesejahteraan  hidup  umat manusia.  Oleh  karena  itu,  kegiatan  pembelajaran  diarahkan  untuk memberdayakan  semua  potensi  peserta  didik  menjadi  kompetensi yang diharapkan. Untuk  mencapai  kualitas  yang  telah  dirancang  dalam  dokumen kurikulum,  kegiatan  pembelajaran  perlu  menggunakan  prinsip  yang: (1)  berpusat  pada  peserta  didik,  (2)  mengembangkan  kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4)  bermuatan  nilai,  etika,  estetika,  logika,  dan  kinestetika,  dan  (5) menyediakan  pengalaman  belajar  yang  beragam  melalui  penerapan  berbagai  strategi  dan  metode  pembelajaran  yang  menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna (Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang konsep dan strategi pembelajaran). 
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Kemdikbud). Kurikulum 2013 bersifat dinamis, dengan kata lain berkembang mengikuti perubahan dan kemajuan paradigma pendidikan masa kini. Oleh sebab itu para pendidik seyogyanya selalu up date mengimbangi perkembangan dan kemajuan paradigma pendidikan dengan kemampuan iptek yang mumpuni.










Selasa, 10 Oktober 2017

Memberikan Kontribusi Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Budaya

Memberikan Kontribusi Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Budaya

(Anik Twiningsih)

Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak suatu bangsa dalam mencapai cita – cita. Dengan pendidikan suatu bangsa memiliki kekuatan dalam bersaing mengikuti era perkembangan jaman. Knowledge is power, begitulah apa yang disampaikan oleh ilmuwan Socrates, dengan ilmu pengetahuan, kita akan memiliki kekuatan, baik kekuatan spritual maupun material. Dengan ilmu pengetahuan kita memiliki kekuatan, dan ilmu pengetahuan tersebut dapat kita dapatkan jika kita mau belajar, dan belajar adalah salah satu dari komponen pendidikan. Kesimpulannya antara pendidikan dan ilmu pengetahuan merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Dunia pendidikan bagi saya saat ini laksana darah yang senantiasa mengalir di jiwa raga saya, karena pendidikan senantiasa mengisi hari – hari saya. Sebagai Guru Sekolah Dasar saya perlu mengembangkan diri, yang pada akhir saya berharap hasil belajar saya tidak hanya bermanfaat bagi saya sendiri namun dapat bermanfaat bagi peserta didik serta bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Hal inilah yang membuat saya memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di program studi Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sebelas Maret. Harapan saya dengan mengembangkan diri dengan melanjutkan studi, saya memiliki sebuah kekuatan dalam berkontribusi di dunia pendidikan ini.
Saya menyukai dunia pendidikan dan saya menyukai dunia anak – anak. Selain itu saya juga menyukai dunia literasi. Kontribusi saya dalam mengabdikan diri terhadap masyarakat saat ini saya merintis sebuah POS PAUD. POS PAUD adalah layanan pendidikan anak usia dini yang bekerjasama dengan posyandu kelurahan/desa setempat. POS PAUD disini bersifat nirlaba yang berorientasi pada memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak – anak usia dini yang kurang mampu sehingga mendapatkan pendidikan murah dan berkualitas. Saya merintis POS PAUD ini bekerjasama dengan pihak kelurahan/ desa dan Dinas Pendidikan daerah setempat. Disini saya sebagai pengelola penyedia layanan POS PAUD. Dalam operasional POS PAUD saya bekerja sama dengan Bunda PAUD. Bunda PAUD adalah pengajar POS PAUD yang memiliki kualifikasi pendidikan sesuai bidangnya. Selama ini operasional dari POS PAUD kami berasal dari para sponsor dan donatur sehingga para peserta didik kami tidak dipungut biaya. Alhamdulilah, berkat dukungan dan pastisipasi masyarakat POS PAUD kami kian berkembang.
Saat ini saya memasuki semester 5, sehingga saat ini saya masih disibukkan dengan penyelesaian tesis. Jangka waktu penyelesaian tesis yang relatif lama, bukan semata – mata karena saya malas, karena saya selain kuliah saya juga bekerja. Kebetulan saya mengambil penelitian tesis berbasis penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan yang saya kembangkan adalah pengembangan buku bahan ajar berupa buku teks berbasis modul. Alasan saya memilih penelitian pengembangan dengan mengembangkan buku bahan ajar, saya berharap hasil produk saya nanti dapat berkontribusi pada penyediaan buku bahan ajar sehingga menambah koleksi buku sumber belajar khususnya bagi peserta didik.
Harapan saya dengan mengambil penelitian pengembangan dan menghasilkan produk buku berupa bahan ajar, saya berharap suatu hari saya dapat bergabung dalam tim penyusun buku pusat perbukuan nasional yang dikelola oleh pemerintah, yang mana selama ini sebagai fasilitator dalam penyedia sumber belajar berupa bahan ajar buku teks sekolah yang dapat diunduh oleh kalayak umum sebagai pemenuhan sarana belajar mengajar bagi guru dan peserta didik.
Dalam mewujudkan harapan saya, saya saat ini aktif dalam mengembangkan diri khususnya dalam aktivitas menulis. Saya sesekali waktu berpartisipasi aktif mengisi pada rubrik pada media on line maupun cetak. Di samping itu saya juga aktif menulis buku – buku modul untuk siswa di sebuah penerbit. Dengan demikian pengetahuan dan wawasan saya semakin bertambah sehingga dapat memberikan kekuatan pada saya untuk berkontribusi lebih banyak dalam dunia pendidikan. Dan pada akhirnya impian saya, suatu hari  saya juga bisa menciptakan "Taman Baca Masyarakat" sebagai bentuk partisipasi aktif terhadap program pemerintah dalam mensukseskan "Gerakan Indonesia Membaca" sehingga tercipta budaya literasi di masyarakat luas.



Profil Pos PAUD Einstein



A.  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pemerintah terus mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan anak  usia  dini  (PAUD)  menuju  PAUD  sebagai  sebuah  gerakan nasional Undang-undang  Sistem  Pendidikan  Nasional mengamanatkan  bahwa  PAUD  dapat  dilaksanakan  melalui  semua jalur  pendidikan,  baik  formal,  nonformal,  maupun  informal. Pendidikan  Anak  Usia  Dini  (PAUD)  dari  tahun  ke  tahun  terus mengalami perkembangan yang pesat setidaknya jika dilihat dari adanya peningkatan  jumlah  satuan  pendidikan  anak  usia  dini  yang  cukup signifikan  yang  diprakarsai  oleh  masyarakat  secara  mandiri  di  seluruh pelosok tanah air. Perkembangan ini tentu sangat positif jika dilihat dari sisi  perluasan  akses  layanan  pendidikan.
Usia Emas alasan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak di masa selanjutnya sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna yang diberikan sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini harus dipersiapkan secara terencana dan bersifat holistik agar dimasa emas perkembangan anak (Golden Age) mendapatkan distimulasi yang utuh, sehingga mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Selain itu, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual.
Anak usia dini juga memerlukan pendidikan non formal untuk meningkatkan kreatifitas serta bakat yang mereka miliki. Pada intinya pendidikan usia dini yang diberikan kepada anak-anak sangat penting. Tidak semata-mata hanya untuk formalitas dalam kehidupan kelak, tapi mengacu pada kemampuan dan kualitas anak dalam menghadapi masa depan dengan perkembangan pesat dalam hal kurikulum pendidikan dan teknologi. Peran orang tua juga sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh anak-anak dalam pembentukan karakter. Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).
Berangkat dari latar belakang diatas POS PAUD EISTEIN sebagai lembaga pendidikan non formal berusaha menjembatani akan kebutuhan layanan pendidikan anak usia dini sebagai wujud partisipasi dari gerakan pemerintah menuju PAUD sebagai gerakan nasional. Gerakan pemerintah menuju PAUD sebagai gerakan nasional didasari oleh diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.

B.  Penyelenggaraan POS PAUD EINSTEIN
PAUD EINSTEIN sebagai lembaga pendidikan anak usia dini berbasis masyarakat dikelola dengan prinsip “dari, oleh, dan untuk masyarakat” berdasarkan  azas  gotong-royong,  kerelaan,  dan  kebersamaan. Dengan  prinsip  pengelolaan  dari,  oleh,  dan  untuk  masyarakat serta  memanfaatkan  potensi  lingkungan POS PAUD EINSTEIN memberdayakan subsidi silang. Subsidi silang disini berarti memberdayakan masyarakat/swasta/pemerintah sebagai mitra dalam pengelolaan dan pengembangan.
Dalam penyelenggaraannya POS PAUD EINSTEIN bekerja sama dengan paguyupan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu Kelurahan Banaran serta bersama pemangku kepentingan di bawah binaan Dinas Pendidikan.
Kegiatan lembaga POS PAUD EINSTEIN dalam berperan serta mendukung gerakan nasional pemerintah pendidikan anak usia dini disambut dengan antusiasme dan partisipasi oleh masyarakat, khususnya warga Desa Banaran, kecamatan Grogol, kabupaten Sukoharjo.

Sebagai lembaga pendidikan anak usia dini, POS PAUD EINSTEIN memiliki visi misi :
Visi
ü  Terwujudnya anak – anak yang cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia serta bertaqwa
Misi
ü  Memberikan pengasuhan, layanan, pendidikan bagi anak usia dini
ü  Membentuk karakter  dan berkepribadian serta mandiri
ü  Memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
ü  Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pelayanan PAUD
Tujuan :
ü  Membentuk anak – anak yang cerdas , berkualitas, dan berkembang sesuai dengan usianya
                                                 
C.      Program Kegiatan POS PAUD EINSTEIN
Bentuk Sosialiasi
Kegiatan POS PAUD EINSTEIN kini tengah aktif berjalan. Sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat POS PAUD ENSTEIN mengadakan kegiatan “SABTU CERIA DI PAUD EINSTEIN”. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan POS PAUD EINSTEIN sebagai kegiatan pendidikan anak usia dini dalam bentuk kegiatan bermain bersama orangtua. Kegiatan bermain bersama ini anak – anak berpartisipasi datang bersama ayah bunda mereka dan mengikuti kegiatan bermain bersama Pos PAUD EINSTEIN. Kegiatan ini dikemas dalam 8 kali pertemuan dengan model pembelajaran berseri sehingga memberikan kesan menarik dan semangat belajar terhadap anak.

RANGKAIAN KEGIATAN
SABTU CERIA DI PAUD EINSTEIN

a.    Hari 1 (5 November 2016)
Sosialisasi program POS PAUD EINSTEIN
b.    Hari 2 (12 November 2016)
Bermain bersama permainan tradisional dengan kakak dari Komunitas Anak Bawang
c.    Hari 3 (19 November 2016)
Permainan edukatif (anak) dan talkshow gratis mengenai pola pendidikan sesuai perkembangan (orang tua)
d.    Hari 4 (26 November 2016)
Kegiatan menggambar (anak) dan kelas memasak (orang tua)
e.    Hari 5 (3 Desember 2016)
Belajar Tari tradisional (Anak)
f.     Hari 6 (10 Desember 2016)
Belajar Tahfiz Al Quran (Anak) danT alkshow “Anak suka nonton TV?”
g.    Hari 7 (17 Desember 2016)
Belajar Mendongeng (Anak)
h.    Hari 8 (24 Desember 2016)
Permainan Tradisional dan Kesan Pesan

Program Kegiatan Pembelajaran
Program Kegiatan pembelajaran POS PAUD EINSTEIN berpedoman pada standar kurikulum nasional yaitu kurikulum 2013 serta mengacu pada standar pendidikan nasional pendidikan anak usia dini. Program Kegiatan Belajar Pos PAUD EINSTEIN dilaksanakan :
Grup A : Setiap hari Senin – Rabu – Jumat
Grup B : Setiap hari Selasa – Kamis – Sabtu


D.  Sasaran Peserta Didik
Sasaran peserta didik kegiatan Pos PAUD EINSTEIN adalah anak usia dini mulai umur 2 tahun – umur 4 tahun yang belum terlayani layanan akan pendidikan anak usia dini karena belum terjangkau  oleh  masyarakat, baik  dari  sisi jarak maupun biayanya. Khususnya anak – anak usia dini di Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

E.  Kondisi POS PAUD EINSTEIN
Kegiatan POS PAUD EINSTEIN diselenggarakan di Sanggar Belajar Einstein di jalan Tangkuban Perahu RT 01/ RW 07, Ngenden, Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo dengan status pemakaian yaitu sewa/ kontrak. Jumlah peserta didik POS PAUD EINSTEIN saat ini 21 anak dengan jumlah pendidik 2 orang dengan latar belakang pendidikan S1.

F.   Partispasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat terhadap  penyelenggaraan POS PAUD EINSTEIN cukup menggembirakan. Hal ini dapat ditandai dengan keikutsertaan mereka berpartisipasi dengan cara menyekolahkan anak usia dini mereka ke POS PAUD EINSTEIN. Selain itu juga sudah terbentuknya paguyupan orang tua siswa sebagai wadah untuk menjembatani dan mempermudah komunikasi antara peserta didik dan guru pengajar serta lembaga.

G.   Struktur Organisasi
Untuk memudahkan dalam pengelolaan penyelenggaraan POS PAUD EINSTEIN maka disusun kepengurusan yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing.Struktur Organisasi POS PAUD EINSTEIN sebagai berikut :
1.    KETUA                      : ANIK TWININGSIH, S.Pd.SD
2.    SEKRETARIS           : SRI SULASTRI
3.    BENDAHARA         :  RUSMIYATI
4.    PEMBANTU UMUM : SRI RUBIYANTI, S.Pd